Membina Angkatan Mujahid


Banyak angkatan muda islam yang tidak mengenal Hasan Al-Banna dengan fikrah (pemikiran) dan dakwahnya. Padahal mereka seharusnya mengenal dan kita seharusnya mengenalkannya. Apalagi di tengah kaum muslimin saat ini tidak ada fikrah yang representatif-jika mereka ingin mengambilnya sebagai titik tolak yang benar-kecuali milik Hasan Al-Banna. Selain itu banyak orang yang sengaja mengaburkan gambaran tentang Hasan Al-Banna di mata generasi muda islam. Maksudnya tidak lain agar mereka tidak bisa menempuh jalan yang benar sebagaimana beliau gariskan.
Di pihak lain, kini muncul di mana-mana aliran pemikiran sakit yang menghendaki terasingnya fikrah dan dakwah Hasan Al-Banna. Karena itulah mereka-dan yang lainnya-harus mengerti bahwa gerakan islam yang tidak bertolak dari fikrah Hasan Al-Banna adalah terbukti cacat.
Rasanya mustahil kita membangun aktivitas yang lengkap dan komprehensif untuk berkhidmat kepada islam tanpanya. Selain itu banyak serangan membabi buta yang ditujukan kepada sebagian fikrah yang dilontarkan oleh Imam Hasan Al-Banna. Banyak sudah orang tergelincir karenanya, terutama mereka yang diberi anugerah oleh Allah berupa keluasan cara pandang, sebagaimana yang telah dianugerahkan Allah kepada Hasan Al-Banna. Hal itulah yang mengharuskan murid-muridnya dan orang-orang yang komitmen dengannya untuk menulis dan menjelaskan fikrah ini dengan mengemukakan argumentasinya.


Hasan Al-Banna Peletak Teori Gerakan Islam Kontemporer
Perumusan teori gerakan islam kontemporer harus dipertimbangkan berdasarkan tempat, masa dan kapabilitas peletaknya Kenyataan menunjukkan bahwa tidak seorangpun manusia masa kini yang memiliki sejumlah sifat sebagaimana yang dimiliki oleh Hasan Al-Banna. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa beliaulah satu-satunya orang yang patut merumuskan teori gerakan islam kontemporer ini. Meskipun demikian, hal ini bukan berarti penyematan sifat kema’shuman kepadanya.
Hasan Al-Banna hadir di saat kaum muslimin dalam keadaan tidak menentu. Walaupun mereka berjuang, namun hasil perjuangannya tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Fikrah Hasan Al-Banna adalah fikrah yang syamil (komprehensif), yang memenuhi seluruh kebutuhan kita, dan mengandung gagasan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini, dan dapat pula mengantarkan pada kemenangan islam secara total dengan izin Allah. Barangsiapa yang mengamati realitas kaum muslimin kini, niscaya ia akan mendapati bahwa kapan pun dan di mana pun ide Hasan Al-Banna hadir, di situ muncul dinamika islam dan kaum muslimin. Sebaliknya, pada ketiadaannya kita akan menyaksikan mentalitas yang hina dan tunduk pasrah kepada kekuatan internasional yang kafir, di samping kekuatan regional yang zhalim.
Meskipun Hasan Al-Banna adalah satu-satunya tokoh yang kredibel untuk mengemukakan pandangan dan teori amal islami-berkat anugerah Allah swt-dakwah yang ditegakkannya memiliki mata rantai sejarahnya, di mana jika mata rantai itu saling berselisih, maka terjadilah kerusakan dalam dakwah. Bahaya paling besar yang dihadapi oleh dakwah dan jamaah ini adalah pewarisan yang cacat dan penisbatan diri-yang tidak benar-kepada Hasan Al-Banna.
Jamaah yang didirikan oleh Hasan Al-Banna sesungguhnya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan kaum muslimin. Tidak seorang muslim pun yang tidak merasakan bahwa dalam jamaah terdapat segala hal yang diimpikannya. Dengan demikian, seluruh kebaikan telah terkumpul dalam tubuh jamaah dan telah pula membersihkan dirinya dari segala noda yang mengotorinya selama ini.
Jika kita dapat memenuhi kesempurnaan kita, maka kita akan menjadi saksi bagi makhluk Allah dalam urusan agamanya juga saksi bagi seluruh kaum muslimin yang kita seru. Jalan satu-satunya untuk memperjuangkan ini emua adalah jalan yang dirintis dan ditempuh oleh Ustad Hasan Al-Banna.

Kunci Memahami Dakwah Ikhwanul Muslimin
Salah satu prinsip dasar yang tidak boleh diabaikan seorang muslim adalah bahwa umat islam harus mempunyai jamaah dan imam. Kewajiban utama setiap muslim adalah memberikan kesetiannya pada jamaah dan imamnya. Inilah kunci pertama untuk memahami persoalan Ikhwanul Muslimin. Untuk masa sekarang agaknya hanya Ikhwanul Muslimin yang telah memenuhi syarat-syarat itu, karena jamaah islamiyah adalah jamaah yang mempunyai pemimpin yang lurus, yang lahir dari rahim shaf yang lurus pula, dan dibidani oleh sistem syura yang islami. Memiliki ciri-ciri kislaman sejati tanpa tambahan sifat lainnya. Berikap kritis, mengembangkan, dan mempelopori kebaikan di bawah naungan sifat-sifat itu. Aktif menegakkan islam secara total dalam segala lingkup, memahami islam secara baik dan komitmen penuh dengan mengikuti cara-cara yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.
Karena Hukum islam tidak akan terlaksana kecuali dengan adaanya jamaah, sementara Ikhwanul Muslimin telah bekerja untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka hal ini menunjukkan bahwa keberadaan dan tegaknya Ikhwanul Muslimin merupakan salah satu tuntutan yang harus diperjuangkan. Ini kunci kedua untuk memahami dakwah Ikhwanul Muslimin.
Kunci ketiga dari dakwah Ikhwanul Muslimin adalah bahwa Ikhwanul Muslimin merupakan simbol bagi berkiprahnya panji politik islam di banyak wilayah islam. Ikhawnul Muslimin telah mengibarkan kembali panji-panji perjuangan untuk menegakkan sistem politik islam.
Reformasi islam adalah trade mark Ikhwanul Muslimin yang pertama. Pembaharuan dan paham zaman menjadi kata kunci untuk mengetahui dakwah pokok Ikhwanul Muslimin. Yang masuk dalam dakwah antara lain :
1. Gerakan menghidupkan islam sesuai yang telah diwariskan oleh Rasulullah saw, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang menuntut penghidupan ilmu, amal, situasi ahati, jiwa, dan ruhani
2. Proses menghidupkan islam menyangkut hal-hal :
 Fiqih dusturi (fiqih negara) dan memformat kehidupan islam dengannya
 Fiqih an-niqabah (sistem perserikatan dagang)
 Qawanin (undang-undang)
 Sistem rumah tangga islami
 Mengembalikan dinamika kehidupan umat islam
3. Menghidupkan sistem nilai islam secara global dan sektoral

Prinsip umum dari dakwah Ikhwanul Muslimin adalah :
1. Ikhwanul Muslimin yang merupakan hizbullah (partai Allah) memiliki tujuanm sarana, undang-undang, khithah, dan berbagai atuan lainnya, yang disandarkan pada islam, komitmen pada islam, dam islam sebagai titik tolak (An-Nahl : 89)
2. Ikhwan adalah jamaah yang masuk ke dalam syariat islam. Pendapat yang beragam terhadap satu persoalan menjadikan daulah islam berhadapan dengan berbagai pilihan, yang dapat disesuaikan dengan waktu dan tempat. Ikhwan pada hakekatnya menegakkan komitmen kepada islam sekaligus mengakomodasi kepentingan zaman dengan jangkauan operasional seluas mungkin.
3. Memelihara opini umum baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional, pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat islam dan dalam batas-batas yang tidak mengakibatkan ternodainya.
4. Hal-hal yang dijadikan pegangan oleh Ikhwanul Muslimin adalah :
 Dibenarkan oleh syariat
 Harus sebanding dengan senjata musuh dan dapat mencapai tujuan
5. Prinsip politik luar negeri Ikhwan adalah prinsip maslahah dengan maslahah dan pergaulan adil sama adil
6. Setiap wilayah hendaknya memiliki undang-undang, institusi, dan persoalannya sendiri yang ditetapkan berdasarkan ushul fiqih sesuai wilayah yang bersangkutan, namun semua wilayah pemerintahan islam harus tunuk pada satu kekuasaan Amirul mukminin dan seluruh perangkat pemerintah pusat dalam perspektif undang-undang yang berlaku
7. Ada hukum yang dapat berubah mengikuti perubahan masa, akan tetapi perubahan ini berkaitan dengan kaidah-kaidah perubahan dalam perspektif islam

Hal-hal yang perlu diketahui sebagai anggota ikhwanul muslimin adalah :
1. Memahami permasalah dakwah kita, mendakwahkannya, serta mentarbiyah dan menarik perhatian orang untuk mendukungnya
2. Cara dakwah harus dapat menyentuh pembicaraan tentang ruh, jiwa, hati, serta nilai-nilai islam yang dapat dicapai. Memahami bekal perjalanan, prinip-prinsip langkah, dan kendala-kendala mendadak yang mungkin muncul di tengah perjalanan dakwah
3. Memahami kapasitas intelektual orang yang kita dakwahi.

Inilah ringkasan sebagian dari kunci untuk memahami Ikhwanul Muslimin dan dakwahnya, serat masalah-masalah yang dihadapi. Ini adalah pengantar terhadap Risalah Ta’lim agar kita mengetahui kedudukannya dalam dakwah Ikhwan dan kpentingannya dalam amal islami masa kini.

KEWAJIBAN-KEWAJIBAN SEORANG MUJAHID
Hasan Al-Banna berkata, “Imanmu kepada bai’at ini mengharuskanmu menunaikan kewajiban-kewajiban berikut, sehingga engkau menjadi ‘batu bata’ yang kuat bagi bangunan.”
• Wajib dalam hal ini berarti segala bentuk komitmen dakwah yang dituntut oleh gerakan islam masa kini.
• Kewajiban ini telah mencakup semua sisi kepribadian seorang akh mujahid
• Kewajiban-kewajiban yang berjumlah empat puluh ini adalah muatan operasional bai’at terhadap sepuluh rukun bai’at ini

Kewajiban Pertama
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.”
• Mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu bulan atau seminggu, karena dalam diri seorang mujahid ada hak-hak lain yang harus ditunaikan , sekaligus akan mendapat pahala penghayatannya
• Al-Qur’an mengandung santapan dan pengobatan hati manusia
• Jika tidak memiliki waktu cukup untuk membaca Al-Qur’an, maka usahakan menentukan waktu beberapa hari dalam sebulan untuk melakukannya

Kewajiban Kedua
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaknya engkau membaca Al-Qur’an dengan baik, memperhatikannya dengan seksama, dan merenungkan artinya.”
• Memperbaiki bacaan Al-Qur’an dengan mempelajari ilmu tajwid
• Menghayati makna Al-Qur’an
• Mendengarkan bacaannya dengan khusyuk dan memperhatikannya dengan serius

Kewajiban Ketiga
Ustadz Hasan Al-Bann berkata, “Hendaklah engkau mengkaji Sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf sesuai dengan waktu yang tersedia. Buku yang dirasai mencukupi kebutuhan ini minimal adalah buku Hummatul Islam. Hendaklah engkau juga banyak membaca hadist Rasulullah saw, minimal hafal empat puluh hadist; ditekankan untuk menghafal Al-Arba’in An-Nawawiyah. Hendaklah engkau juga mengkaji risalah tentang pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqih.”
• Membaca sirah nabi untuk menuju kedudukan sebagai teladan yang utama
• Melakukan kajian terhadap ilmu dasar aqidah melalui buku-buku ahlus sunah wal jamaah
• Pendalaman berbagai ilmu termasuk mempelajari satu kitab tentang fiqih dalam madzhab seorang imam

Kewajiban Keempat
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau bersegera melakukan general check up secara berkala atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di samping itu perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.”
• Melakukan general check up dan berobat bila terkena penyakit
• Mengontrol secara ketat makanan dan minuman yang dikonsumsi dan olahraga harian
• Memperhatikan hal-hal yang dapat melemahkan dan mengganggu kesehatan tubuh
• Memelihara tubuh agar dapat digunakan untuk kebaikan

Kewajiban Kelima
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau menjauhi sikap berlebihan dalam mengkonsumsi kopi, teh, dan minuman perangsang semisalnya. Janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat dan hendaklah engkau menghindarkan diri sama sekali dari rokok.”

Kewajiban Keenam
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau perhatikan urusan kebersihan dalam segala hal menyangkut tempat tinggal, pakaian, makanan, badan, dan tempat kerja, karena agama ini dibangun atas dasar kebersihan.”

Kewajiban Ketujuh
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-kali berdusta.”
• Menjadi orang yang jujur
• Perkecualian untuk jujur yang membawa mudharat

Kewajiban Kedelapan
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau menepati janji; janganlah mengingkarinya, bagaimanapun kondisi yang engkau hadapi.”

Kewajiban Kesembilan
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau menjadi seorang yang pemberani dan tahan uji. Keberanian yang paling utama adalah terus terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun.”

Kewajiban Kesepuluh
Ustad Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau senantiasa bersikap tenang dan terkesan serius. Namun janganlah keseriusan itu menghalangimu dari canda yang benar, senyum dan tawa.”

TAHAPAN – TAHAPAN DAKWAH
Dalam Risalah Ta’lim, Hasan Al Banna mengatakan,”Tahapan dakwah ada tiga macam” :
1. Ta’arif
Dalam tahapan ini dakwah dilakukan dengan menyebarkan fikrah Islam di tengah masyarakat. Sistem dakwah untuk tahapan ini adalah sistem kelembagaan. Urgensinya adalah kerja sosial bagi kepentingan umum, sedangkan medianya adalah nasehat dan bimbingan sekali waktu, serta membangun berbagai tempat yang berguna di waktu yang lain, juga berbagai media aktivitas lainnya.
2. Takwin
Dalam tahapan ini dakwah ditegakkan dengan melakukan seleksi terhadap anasir politik untuk memikul beban jihad dan untuk menghimpun bagian yang ada. Sistem dakwah pada tahapan ini bersifat tasawuf murni dalam tataran ruhani dan bersifat militer dalam tataran operasional. Slogan kedua aspek ini “perintah dan taat dengan tanpa keraguan.”
3. Tanfidz
Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad tanpa kenal sikap plin-plan, kerja terus menerus untuk menggapai tujuan akhir, dan kesiapan menanggung cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali orang-orang yang tulus.
Agar ketiga tahapan ini sukses maka kita harus memiliki tiga perangkat, yakni : perangkat ta’rif, perangkat takwin, dan perangkat tanfidz. Setiap perangkat memiliki manhaj, perencanaan, metode dan kecakapan.

Bentuk – Bentuk Kegiatan
Bentuk pertama
Seluruh unsur jamaah berkonsentrasi melakukan kegiatan ta’rif melalui ceramah-ceramah halaqah, penyebaran buku dan penjelasan. Pada bentuk ini menuntut adanya kepemimpinan yang kapabel dalam menata kegiatan ta’rif secara utuh dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tahapan berikutnya.
Bentuk kedua
Seluruh unsur jamaah di saat yang sama berkonsentrasi melakukan ta’rif dengan sarana-sarananya, takwin dengan sarana-sarananya, dan tanfidz dengan sarana-sarananya Pemimpin harus pandai meletakkan persoalan pada tempatnya.
Bentuk ketiga
Seluruh unsur jamaah secara serentak bergerak di tahapan ta’rif, lalu berpindah secara serentak untuk melakukan takwin terhadap unsur-unsur yang dihasilkan dari tahapan sebelumnya, lalu bergerak secara serentak pula menuju tanfidz.
Bentuk keempat
Jamaah hanya memusatkan kegiatan pada ta’rif dan takwin pada saat yang bersamaan. Pemimpin mempersiapkan langkah tanfidz dan kajian berbagai kemungkinan.
Bentuk kelima
Ta’rif, takwin, tanfidz dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan diawasi oleh suatu unit tersendiri. Bentuk ini menuntut setiap personil memiliki kemampuan melakukan ta’rif, takwin, dan tanfidz.

Beberapa Pendapat Tentang Ta’rif, Takwin, dan Tanfidz
Sejauh mana kadar ketepatan kita memilih bagi setiap persoalan, sejauh itulah kesempurnaan perjalanan yang kita tempuh. Persoalan-persoalan itu ada tiga :
1. Kematangan teori tentang ta’rif, takwin, dan tanfidz
2. Adanya pribadi-pribadi yang matang dalam tiga tahapan ini
3. Adanya perangkat yang matang dalam tiga tahapan ini

Apakah Ta’rif, Takwin, dan Tanfidz Itu ?
Tentang ta’rif, Hasan Al Banna mengatakan, “Ta’rif terlaksana dengan menyampaikan dakwah kepada semua orang. Beliau juga mengatakan tentang tahapan ini.” Tahapan seruan, pengenalan, penyebaran fikrah, dan menyampaikannya kepada seluruh lapisan masyarakat’
Tentang takwin, Hasan Al Banna mengatakan, “Takwin ini memilih unsur-unsur yang baik untuk mengemban beban jihad, dan memadukannya antara yang satu dengan yang lain.” Ia mengatakan juga, “kemudian tahapan takwin, menyeleksi pendukung, mempersiapkan pasukan, dan memobilisasi shaf dari kalangan para mad’u”.
Tentang tanfidz, Hasan al Banna mengatakan, “Dakwah di era tanfidz, adalah jihad yang tiada ragu dan perjuangan yang terus menerus untuk meraih cita-cita. Beliau juga mengatakan tahapan tanfidz adalah tahapan aksi dan produksi. Tanfidz ada dua macam, yakni tanfidz yaumi (pelaksanaan harian) dan tanfidz syamil (pelaksanaan total).

Integralitas Antara Ta’rif, Takwin, dan Tanfidz
Setiap tahapan harus menjadi penyempurna bagi tahapan sebelumnya, dan standar kesempurnaannya haruslah transparan. Dengan ilmu dan keahlian itulah seseorang mendapatkan statusnya sebagai naqib atau naib. Boleh jadi, dengan wawasan keislaman yang minimal seseorang dapat direkomendasikan untuk memegang tugas takqin, atau dengan wawasan ketakwinan minimal ia diajukan untuk mengurus kegiatan tanfidz. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa setiap tahapan membutuhkan tahapan sebelumnya dan setiap tahapan menjadi pelayan bagi tahapan berikutnya.


Komentar

Postingan Populer