Memaknai Kehilangan dengan Cara Sederhana
Dan hari ini,
merasakan (lagi) kehilangan seseorang yang sangat begitu ku sayang..
Rasanya,,
belum hilang dari ingatan ketika dua tahun lalu,
dalam suasana yang sama seperti tahun ini,
berita duka itu kini sampai kepadaku..
Kematian itu memang pasti adanya. Ia ibarat “pintu”, setiap orang
pasti akan memasukinya. Ia juga laksana “gelas”, setiap yang bernyawa pasti
akan ‘mencicipinya’. Hakikat ini telah dinyatakan di dalam Kitabullah,
“Tiap-tiap jiwa (yang bernyawa) akan merasakan kematian.” (Qs. Ali ‘Imrân [3]:
185).
Ya, kematian itu pasti datang. Ia bak pencuri: datang tanpa
kaki dan mengambil nyawa manusia tanpa tangan. Dan, ia datang tidak pernah
‘ketuk pintu’ dan mengucapkan salam. Dia datang tiba-tiba. Namun, dia pasti
datang.
Imam ‘Ali karramallâhu wajhah pernah bertutur tentang
hakikat kematian ini. “Jika hari kematianku telah tiba, bagaimana aku bisa
lari dari kematian itu, hari dimana telah ditakdirkan untuk tidak bisa atau
bisa. Hari yang ditakdirkan itu tidak aku takuti, karena yang telah ditakdirkan
mati, tidaklah selamat dari kepastiannya.” Itulah kematian.
>>Tidak Ada Tempat Lari…
Tidak seorangpun mampu melarikan diri dari kematian. Bahkan,
kematian itu yang akan menemui kita, kapan dan dimanapun. “Katakanlah
(wahai Muhammad) bahwa kematian yang kalian lari daripadanya, dia akan menemui
kalian…” (Qs. Al-Jumu‘ah [62]: 8). Kita pun tidak dapat bersembunyi
darinya: “Di mana saja kalian berada, kematian itu akan mendapatkan
kalian, kendatipun kalian bersembunyi di balik benteng yang sangat tinggi lagi
kukuh…” (Qs. Al-Nisâ’ [4]: 78).
>>Pesan ‘Ali ibn Abi Thalib…
Kematian bukan untuk ditakuti. Karena takut atau tidak
takut, kematian akan datang. Yang penting adalah persiapan untuk menghadapi
waktu datangnya kematian. Maka, ada dua hal penting berkenaan dengan kematian ini:
[1] Banyak mengingatnya. Jangan lalai dalam hal ini. Kematian harus
memiliki file spesial dalam qalbu kita. “Perbanyklah mengingat
kematian, sebab seorang hamba yang banyak mengingatnya, maka Allah akan
menghidupkan hatinya dan akan menghilangkan baginya rasa sakit kematian itu.”
(HR. Al-Dailami); dan [2] Bersiap-siap dalam menyambutnya. Kita harus
mempersiapkan amal sebanyak-banyak untuk kematian. Al-Ashbu’ al-Hanzhali
menceritakan bahwa menjelang kematiannya, Imam ‘Ali
bersenandung lewat bait
syair:
bersiaplah menghadapi kematian,
karena kematian niscaya menjumpaimu,
janganlah engkau takut akan kematian
saat ita telah berada di lembahmu
Dan hari ini,,,
kami dengan ikhlas melepasmu..
Isak tangis tak henti mengiringi kepergianmu,,
Namun begitu,,
kami berusaha merelakan kepergianmu..
Memaknai rasa kehilangan ini dengan cara sederhana..
Dengan tetap mengirim lantunan do'a yang tak terhenti..
Semoga ini yang terbaik..
dan semoga kau mendapat tempat terbaik disisiNya..
aamiin ya robba 'alamin..
special for:
* Mbah Kakung Parto Saroyo (September 2010)
* Pak Tuo Redjo Setomo (28 Juli 2012)
Komentar
Posting Komentar