99 Cahaya Langit Eropa

JASMERAH
"Jangan Sekali-sekali melupakan Sejarah"

dan..
Jujur baru kali ini saya benar-benar merasakan ketertarikan yang begitu membekas atas sebuah Novel yang isinya kurang lebih membahas tentang Sejarah Peradaban Islam di Benua Eropa sana..

hmm,,
mba Hanum, mampu membawa daya imajinasi saya..
bahasanya mudah dimengerti..ga ngejlimet..
trus juga ga banyak tahun-tahunnyaa..*ahahaa..

uppss..
lupa, daritadi ngalor ngidul ga jelas,
ceritanya saya mw menceritakan ulang salah satu buku yang sudah berhasil saya selesaikan dengan baik ini..
dan..
cukup puas juga,, karena..
jarang-jarang saya bisa dengan cepat melahap buku tentang sejarah ini..
hoo..
oke..
check this out..


Judul         :  99 Cahaya di Langit Eropa "Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa"
Penulis       :  Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra
Penerbit    :  Gramedia Pustaka Utama
Terbit        :  Cetakan I, Juli 2011, 424 Halaman

Banyak sekali novel - novel yang berisi tentang cerita perjalanan wisata, lengkap dengan perkiraan harga dan tips - tips selama melakukan perjalanan. Sedikit berbeda dengan novel - novel lainnya, Mba Hanum S. Rais menyulap novel perjalanannya ini sekaligus menjadi buku perjalanan sejarah. Kemampuannya sebagai jurnalis membuat jalan cerita novel mengalir dengan indah. Tanpa sadar kita sudah menulusuri jejak sejarah perkembangan Islam di Eropa tanpa harus mengerutkan dahi seperti membaca buku - buku sejarah yang terkenal tebal - tebal.


Sedikit saya ingin berbagi beberapa moment yang cukup menarik perhatian saya dari buku ini..


"Ini, Hanum. Perhatikan apa yang menarik dari lukisan ini."
The Virgin ang the Child: Ugolino di Neiro 1315 - 1320
Ku lihat lekat-lekat lukisan itu. Tidak ada yang istimewa. Susah memang menyuruh orang sepertiku menganalisis atau menebak makna lukisan. Aku bukanlah kurator atau penikmat lukisan. Mataku sudah terlalu dekat dengan permukaan lukisan. Jika sedikit saja menyentuhnya, dijamin alarm museum akan berdering-dering.

Ku gelengkan kepala. Aku Menyerah.

"Kau perhatikan hijab yang dipakai Bunda Maria, Hanum," Marion memberiku petunjuk.

Aku tersadar. Sehelai kain hitam putih tersampir dikelapa Bunda Maria. Tapi apa yang aneh dari Bunda Maria yang berjilbab? Bukankah sebagian besar penggambaran Bunda Maria selalu merekam beliau dalam keadaan memakai hijab? Aku kembali memperhatikan hijab yang dipakai Bunda Maria dengan cermat.

"Hey. Sepertinya ada inskripsi Arab Juga dikain hijab Bunda Maria ini. Kufic lagi!" Pekikku.

"Apa arti tulisan ini, Marion? Kata-kata bijak lagi mungkin?" harapku

"Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum" ungkap Marion akhirnya.

**************


Setelah kurang lebih 4 jam menjelajah Museum Louvre, Marion mengajakku keluar museum, tidak melalui Napoleon Hall dan piramida gelas, namun melalui pintu lain. Kami berjalan melewati bangunan monument berbentuk pintu gerbang bernama Arc de Triomphe du Carrousel.

"Kau perhatikan baik-baik, bangunan monumen gerbang ini. Bangunan Arc de Triomphe du Carrousel ini dibangun atas perintah langsung Napoleon. Menurutmu bangunan ini menghadap kemana?" tanyanya memberiku sebuah teka-teki lagi.

Patung besar manusia dan 4 ekor kuda dalam ukuran sebenarnya itu semua serempak membelakangi La Defense. Patung Quadriga dan malaikat semua menghadap ke Timur Tenggara. Arah Mekkah.


********************
Haghia Sophia, Istanbul, Turki.
 Gereja yang berubah fungsi menjadi Masjid.
Dari kejauhan, kulihat mihrab itu. Tapi mihrab itu tak bebas lagi. Dia dibatasi jeruji-jeruji yang memisahkannya dari pengunjung masjid..
Memisahkaknku dengan pusat masjid ini..

Sementara, Suara Koor menggema mengambil alih kesadaranku. 
Bangunan ditengah itu penuh dengan logam keemasan. Dia seperti mencari perhatian dari setiap pengunjung Mezquita. Dia seperti berkata "akulah inti bangunan ini sekarang, bukan mihrab itu". Dia seperti bagian yang terpisah dari masjid secara keseluruhan, meski bertengger tepat ditengah-tengahnya. Bangunan itu adalah "dunia" yang berbeda..

ditengah percakapan dengan pemandu yang bernama Sergio:

"..hmm,,, kalian sudah melihat mihrab di Mezquita? Ada yang aneh dari mihrab itu," ungkap Sergio.

"Tentu saja. Mihrab adalah hal yang paling menarik di Mezquita bagi kami umat muslim. Memangnya apa yang istimewa dengan mihrab itu? Kecuali ya tentu saja dia sudah dipagari terali besi. Adakah yang kami lewatkan?" tanya Rangga penuh selidik.

"Arah mihrab itu tidak sepenuhnya menghadap kiblat kalian di Mekkah. Seharusnya mihrab itu dibangun sedikit miring ke tenggara. Tapi mihrab yang satu itu terlalu lurus ke selatan..jadi tidak menghadap apapun," ujar Sergio dengan kata-kata yang membuat kami sedikit "terusik"

Penguasa saat itu, Sultan Al Rahman, sangat menyadarinya. Dia memang sengaja membuatnya begitu. Karena-nah, ini ada hubunganny dengan bagaimana Cordoba bisa menyandingkan orang-orang yang berbeda-beda keyakinan dengan begitu indah-di sebelah masjid ada gereja yang sudah terlebih dulu berdiri di situ. Jika memaksakan Mihrab ke arah Tenggara, mau tak mau gereja kecil itu harus dirobohkan. Sultan tak mau melakukannya," jawab Sergio.

"Dan kalian tahu, meski mihrab itu dibangun ke selatan, pada praktiknya orang-orang tetap shalat sedikit menyerong ke Tenggara. Sehingga esensi arah kiblat ke Mekkah itu tak tergadaikan begitu saja hanya karena letak dinding gereja itu. kukira cara berpikir Al Rahman ini sangat bijaksana," ucap Sergio sambil senyam-senyum.

Mezquita Cordoba. Aku sebenarnya berharap bangunan ini dijadikan museum saja. 
Seperti bangunan Hagia Sophia di Turki.

*******************

Haghia Sophia, Istanbul, Turki. 
Gereja yang berubah fungsi menjadi Masjid.
Di Hagia Sophia..
Aku mengamati dua ruh dengan desain yang berbeda. Menunjukkan kepribadian Hagia Sophia yang berganti-ganti dari satu masa ke masa lain, sesuai perintah manusia yang menguasainya.

Desain awal Hagia Sophia tergambar dari morif lukisan Yesus, Bunda Maria, malaikat Jibril, John the Baptist-atau Nabi Yahya dalam Islam- dan tentunya Kaisar Byzantyum, sang Konstantin sendiri, serta mosaik dan fresco aneka warna yang tersuguh di langit-langit dan dinding bangunan. Semua lukisan tersebut mengetengahkan atmosfer spiritualitas hidup pemeluk Kristen.

Sementara itu, motif kaligrafi Islam ukiran raksasa dan ukir-ukiran bunga yang menghiasi rel atap dan pucuk pilar Hagia Sophia adalah desain dengan nuansa berbed. Ukiran yang terinspirasi dari bahasa Al Qur'an ini adalah kreasi 1.000 tahun sesudahnya, masa setelah Byzantyum jatuh ke tangan Dinasti Ottoman.

Nasib Hagia Sophia berkebalikan dengan Mezquita di Cordoba. Hagia Sophia adalah Katedral Byzantium di Eropa yang kemudian menjadi masjid. Masjid itu memajang kaligrafi Allah dan Muhammad, serta kalimat ayat-ayat suci, tetapi tetap membiarkan lukisan-lukisan Kristen itu bertengger disana.

*****************************

Masjid Biru, Turki
Masjid Biru ini memang biru sesuai namanya. Alih-alih menghancurkan Katedral Hagia Sophia, Sultan Ahmed malah membangun Masjid Biru ini, seolah-olah dia ingin mengatakan peradaban Islam juga tak kalah dengan peradaban Byzantium. Masjid ini dibangun tepat di depan Hagia Sophia dengan ukuran yang jauh lebih besar.

****************************************************
dan..
Subhanallah..
Betapa indahnya kisah-kisah dan tempat-tempat di atas..
dan betapa banyaknya ilmu yang didapat melalui satu buku ini..

Alhasil..
kalimat terakhir dari buku ini yang hendak saya kutip adalah..
"Biarlah rasa kagum kami yang berbeda-beda cara pandangnya itu kami simpan sendiri dalam hati. Karena yang paling penting dari mempelajari Sejarah adalah bukan hanya kemampuan menjabarkan siapa yang menang siapa yang kalah, melainkan mengadaptasi semangat untuk terus menatap ke depan, mengambil sikap bijak darinya dalam menghadapi 
permasalahan-permasalahan dunia"

wallohu'alam bishowab..
^_^




Komentar

Postingan Populer