Wanita Ibarat Buku
Bismillahirrahmanirrahiim..
Eramuslim. Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku.. Kata teman
pengajianku..
Ia melanjutkan ceritanya "Begini asosiasinya.. di suatu
toko buku, banyak pengunjung yang datang untuk melihat-lihat buku. Tiap
pengunjung memiliki kesukaan yang berbeda-beda. Karena itulah para pengunjung
tersebar merata di seluruh sudut ruangan toko buku. Ia akan tertarik untuk
membeli buku apabila ia rasa buku itu bagus, sekalipun ia hanya membaca
sinopsis ataupun referensi buku tersebut. Bagi pengunjung yang berjiwa pembeli
sejati, maka buku tersebut akan ia beli. Tentu ia memilih buku yang bersampul,
karena masih baru dan terjaga. Transaksi di kasirpun segera terjadi. "
"iya, terus teh ..?" kataku dan teman-teman, dibuat
penasaran olehnya.
"Nah, bagi pengunjung yang tidak berjiwa pembeli
sejati, maka buku yang ia rasa menarik, bukannya ia beli, justru ia mencari
buku dengan judul sama tapi yang tidak bersampul. Kenapa? Kerena untuk ia
dibaca saat itu juga. Akibatnya, buku itu ada yang terlipat, kusam, ternoda
oleh coretan, sobek, baik sedikit ataupun banyak. Bisa jadi buku yang tidak
tersampul itu dibaca tidak oleh seorang saja. Tapi mungkin berkali-kali, dengan
pengunjung yang berbeda tetapi berjiwa sama, yaitu bukan pembeli sejati alias
pengunjung iseng yang tidak bertanggung jawab. Lama kelamaan, kasianlah buku
itu, makin kusam hingga banyak yang enggan untuk membelinya" Ceritanya
"Wanita itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah ikhtiar
untuk menjaga akhlaknya. Lebih-lebih kalau jilbab itu tak hanya untuk
tampilannya saja, tapi juga menjilbabkan hati.. Subhanallah..!
Pengunjung yang membeli adalah ibarat suami, laki-laki yang
telah Allah siapkan untuk mendampinginya menggenapkan ½ dienNya. Dengan gagah
berani dan tanggung jawab yang tinggi, ia bersedia membeli buku itu dengan
transaksi di kasir yang diibaratkan pernikahan. Bedanya, Pengunjung yang iseng,
yang tidak berniat membeli, ibarat laki-laki yang kalau zaman sekarang bisa
dikatakan suka pacaran. Menguak-nguak kepribadian dan kehidupan sang wanita
hingga terkadang membuatnya tersakiti, merintih dengan tangisan, hingga yang
paling fatal adalah ternodai dengan free-sex. Padahal tidak semua toko buku
berani menjual buku-bukunya dengan fasilitas buku tersampul. Maka, tentulah
toko buku itu adalah toko buku pilihan. Ia ibarat lingkungan, yang jika
lingkungan itu baik maka baik pula apa-apa yang ada didalamnya. " katanya
lagi
"wah, kalau begitu jadi wanita harus hati-hati ya..!.
" celetuk salah satu temanku.
"Hmm, .apakah apapun di dunia ini bakal dapet yang
seimbang ya, teh? Kayak itu deh, buku yang tersampul dibeli oleh pembeli yang
bertanggung jawab. Itukan perumpamaan Wanita yang baik dan terjaga akhlaknya
juga dapat laki-laki yang baik, bahkan insyallah mapan, sholeh, pokoknya yang
baik-baik juga. Gitu ya, teh?" kata temanku.
"Benar, Seperti janji Allah SWT,
"Wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah
untuk wanita-wanita yang baik (pula). (An-Nur:26).
Dan, hanya Allah yang tak
menyalahi janji. " penjelasan nya.
*************
Menjadi
wanita adalah amanah. Bukan amanah yang sementara. Tapi amanah sepanjang usia ini
ada. Pun menjadi wanita baik itu tak mudah. Butuh iman dan ilmu kehidupan yang
seiring dengan pengalaman.
Benar. Menjadi wanita adalah pilihan. Bukan aku yang
memilihnya, tapi KAU yang memilihkannya untukku. Aku tahu, Allah penggenggam
segala ilmu. Sebelum Ia ciptakan aku, Ia pasti punya pertimbangan khusus,
hingga akhirnya saat kulahir kedunia, Ia menjadikanku wanita. Aku sadar, tidak
main-main Allah mengamanahkan ini padaku. Karena kutahu, wanita adalah makhluk yang
luar biasa. Yang dari rahimnya bisa terlahir manusia semulia Rasulullah atau
manusia sehina Fir'aun.
Kalau banyak orang lain merasa bangga menjadi wanita, karena
wanita layak dipuja, karena wanita cantik memesona, karena wanita bisa dibeli
dengan harta, karena wanita cukup menggoda, dan lain sebagainya, maka justru
sebaliknya, dengan lantang aku berkata.. "aku malu menjadi wanita!"
Ya, Aku malu menjadi wanita, kalau faktanya wanita itu
gampang diiming-iminggi harta dengan mengorbankan harga dirinya. Aku malu
menjadi wanita kalau ternyata wanita itu sebagai sumber maksiat, memikat,
hingga mengajak pada jalan sesat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata dari
pandangan dan suara wanita yang tak terjaga sanggup memunculkan syahwat. Aku
malu menjadi wanita kalau ternyata tindak tanduk wanita sanggup membuahkan
angan-angan bagi pria. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita tak
sanggup jadi ibu yang bijak bagi anaknya dan separuh hati mendampingi
perjuangan suaminya.
Sungguh, aku malu menjadi wanita yang tidak sesuai dengan
fitrahnya. Ya, Aku malu jika sekarang aku belum menjadi sosok wanita yang
seperti Allah harapkan. Aku malu, karena itu pertanda aku belum amanah terhadap
titipan Allah ini. Entahlah, sampai saat ini , saat dimana umur masih dikandung
badan ini aku sudah menjadi wanita macam apa. Aku malu.. Bahkan malu ini
berbuah ketakutan, kalau-kalau pada hari akhir nanti tak ada daya bagiku untuk
mempertanggungjawabkan ini semua.
Padahal, setahuku dari Bunda Khadijah, Aisyah dan Fatimah,
wanita itu makhluk yang luar biasa, penerus kehidupan. Dari kelembutan hatinya,
ia sanggup menguak gelapnya dunia, menyinari dengan cinta. Dari kesholehan
akhlaknya, ia sanggup menjaga dunia dari generasi-generasi hina dengan
mengajarkannya ilmu dan agama. Dari kesabaran pekertinya, ia sanggup mewarnai
kehidupan dunia, hingga perjuangan itu terus ada.
Allah, maafkan aku
akan kedangkalan ilmuku dan rendahnya tekadku. Aku berlindung pada-Mu dari
diriku sendiri. Bantu aku Rabb, untuk tak lagi menghadirkan kelemahan-kelemahan
diri saat aku ada di dunia-Mu. Hingga kelak aku akan temui-Mu dalam kebaikan akhlak yang
kuusahakan. Ya, wanita sholehah.."
Komentar
Posting Komentar